Rabu, 19 Desember 2007

Bisnis Buah Mangga

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN
DAN PELUANG USAHA
(MANGGA ARUM MANIS)
KERJASAMA
DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
KABUPATEN KUPANG
DENGAN
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
KUPANG
DESEMBER 2006
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Berbagai strategi, kebijakan dan program-program pembangunan di Kabupaten Kupang
yang tertuang di dalam Rencana Stratejik (Renstra) secara nyata dirancang dengan
mempertimbangkan jumlah, kualitas dan sebaran potensi sumberdaya yang dimiliki. Situasi ini
semakin penting pada era otonomi daerah, di mana pada satu sisi memberikan peluang dan
keleluasaan yang cukup besar bagi daerah dalam merancang pelaksanaan pembangunan
daerah/wilayahnya. Akan tetapi pada sisi yang lain merupakan tantangan tersendiri, sebagai
akibat daerah harus mampu menumbuh kembangkan kreativitasnya terutama berupa upaya-upaya
nyata dalam mempercepat kemajuan pembangunan daerah/wilayahnya.
Dalam bidang ekonomi, saat ini kegiatan investasi swasta baik PMDN maupun PMA di
Kabupaten Kupang masih sangat terbatas. Sampai dengan akhir bulan Mei 2005 jumlah
perusahaan yang mendapatkan Surat Persetujuan (SP) Penanaman Modal sebanyak 15 perusahaan
PMDN namun yang aktif berproduksi hanya 2 (dua) perusahaan dengan realisasi investasi sebesar
Rp. 1,722,985,293,245 dari rencana investasi sebesar Rp. 3,227,943,380,000. Sedang untuk PMA
sebanyak 8 perusahaan yang mendapatkan Surat Persetujuan namun hanya 1 (satu) perusahaan
yang aktif berproduksi dengan realisasi investasi sebesar US $ 8,155,400.
Jumlah tenaga kerja yang terserap untuk PMA dan PMDN pada kegiatan investasi di
atas, masing-masing sebanyak 498 orang dan 324 orang. Pada hal kegiatan investasi merupakan
salah satu kegiatan yang dapat dengan cepat mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan
tenaga kerja. Rendah dan terbatasnya kegiatan investasi di daerah ini, diduga karena
kurang/terbatasnya promosi atas berbagai potensi dan peluang investasi/usaha terutama sektor
dan komoditas-komoditas yang unggul di daerah ini, di samping iklim usaha dan berbagai
kebijakan yang ada belum kondusif yang mampu mendorong untuk tumbuh dan berkembangnya
berbagai kegiatan investasi di daerah ini.
Untuk mengatasi fenomena di atas, diperlukan adanya kegiatan investasi di wilayah
Kabupaten Kupang sebagai bentuk substitusi impor atau peningkatan ekspor, sekaligus
memperbesar peluang manfaat untuk berkembangnya berbagai kegiatan produksi di wilayah ini.
Bagi Kabupaten Kupang, kebijakan dan peluang investasi/usaha sangat diharapkan kepada sektor
primer (pertanian, perkebunan, dan perikanan) dengan pertimbangan bahwa sebaran dan
penyerapan tenaga kerja di sektor ini lebih bersifat massal serta didukung oleh potensi
3
sumberdaya yang ada. Di samping itu, keterlibatan masyarakat di Kabupaten Kupang pada sektor
primer masih lebih tinggi dibandingkan dengan sektor industri dan jasa lainnya.
Mangga merupakan salah satu komoditas sektor pertanian yang sudah umum dibudidaya
oleh masyarakat Kabupaten Kupang dan mempunyai peluang pasar yang cukup baik.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka kegiatan pengkajian komoditas manggadan
peluang usahanya di Kabupaten Kupang merupakan langkah strategis sebagai wahana informasi
ekonomi dan promosi praktis bagi para investor/pengusaha dan atau calon investor/pengusaha.-
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari kegiatan pengkajian komoditas manggadan peluang usahanya,
adalah :
1. Mengkaji potensi dan peluang usaha mangga sebagai informasi kepada calon
investor/pengusaha bahwa di daerah Kabupaten Kupang.
2. Menyediakan informasi awal bagi calon investor tentang peluang usaha, mangga.
3. Sebagai informasi untuk dijadikan obyek penelitian lebih detail.
1.3. Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan pengkajian ini, meliputi antara lain :
1. Potensi bahan baku/Sumberdaya
2. Lokasi
3. Sarana dan prasarana pendukung investasi
4. Analisis produksi
5. Analisis ekonomi
6. Aspek pemasaran
7. Aspek lingkungan
8. Aspek Legalitas.
1.4. Pendekatan Dan Metodologi
1.4.1. Pendekatan Umum
Pendekatan umum yang digunakan untuk mencapai tujuan dari kegiatan pengkajian ini
adalah melalui pengumpulan data sekunder dan primer. Data sekunder bersumber dari berbagai
hasil-hasil penelitian sebelumnya dan atau laporan-laporan institusional mangga pada sejumlah
sektor produksi yang ada. Sektor produksi yang dimaksud, tidak saja pada kelompok sektor
primer akan tetapi juga mencakup kelompok sektor sekunder dan tersier.
4
Jenis data sekunder yang dibutuhkan untuk keperluan penyusunan profil investasi ini
antara lain menyangkut potensi produksi, potensi kebutuhan pasar baik lokal/domestik maupun
pasar ekspor, potensi ketersediaan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, harga produk
untuk pasar lokal/domestik dan ekspor.
Data primer berumber dari pelaku usaha yang telah ada baik di tingkat masyarakat
maupun perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam memproduksi dan perdagangan mangga.
1.4.2. Metoda Survei dan Teknik Sampling
Metoda survei yang diterapkan adalah dengan teknik wawancara dan observasi atau
supervisi langsung pada lokasi obyek pengembangan manggakeprok. Pengarahan wawancara
serta ketepatan pengumpulan data yang dibutuhkan, berpedoman pada daftar pertanyaan
terstruktur.
Teknik penetapan sampling lokasi/wilayah dilakukan secara purposive didasarkan pada
potensi dan daya dukung pengembangan komoditi tersebut.
1.4.3. Teknik Analisis Data
1.4.3.1. Teknik Analisis Keunggulan
Sebelum dilakukan analisis kelayakan investasi, terlebih dahulu dilakukan analisis
keunggulan terhadap komoditas yang dikaji dengan menggunakan teknik pembobotan dan
skoring. Pembobotan terhadap kriteria-kriteria yang berhubungan dengan komditas dan peluang
usaha ditetapkan berdasarkan tingkat kepentingan terhadap kegiatan investasi. Skoring yang
gunakan adalah 1 (rendah), 2 (sedang) dan 3 (tinggi) untuk setiap kriteria. Nilai keunggulan dari
komoditas berdasarkan setiap kriteria diperoleh dari bobot dikali skor. Nilai keunggulan terrendah
= 250 dan tertinggi = 750. Suatu komoditas dikatakan Tinggi keunggulannya jika memperoleh
nilai keunggulan > 625 – 750, Sedang dengan nilai keunggulan > 375 – 625, dan Rendah dengan
nilai keunggulan 250 – 375.
1.4.3.2. Teknik Analisis Kelayakan Investasi
Sesuai dengan maksud dan tujuan dari kegiatan ini, maka digunakan pendekatan analisis
keunggulan dan dilanjutkan dengan analisis kelayakan pengembangan melalui perhitungan Net
Present Value (NPV); Net B/C Ratio, Internal Rate of Return (IRR); Rate of Return On
Investment (ROI); Payback Period (PBP); dan Break Even Point (BEP).
Secara matematis, formulasi perhitungan untuk masing-masing kriteria di atas, adalah
sebagai berikut :
5
( ) Σ=
+

=
n
t
t
t t
i
B C
NPV
0 1
di mana : NPV = nilai Net Present Value; Bt = Benefit pada tahun ke- t; Ct = Biaya pada tahun
ke-t; t = lamanya waktu/umur investasi; i=Tingkat bunga yang berlaku.
( ) 1 i2 i1
NPV NPV
IRR i NPV −

= + + −
+
di mana : IRR = Nilai Internal Rate of Return; i1 = Faktor discount (tingkat bunga) pertama di
mana diperoleh NPV positip; i2 = Faktor discount (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh
NPV negatif.
Σ
Σ
=
= = n
t
n
t
NPV Negatip
NPVPositip
NetB/CRatio
0
0
Suatu usaha/investasi dikatakan layak dan menguntungkan untuk dikembangkan apabila
secara finansial memiliki nilai Net B/C Ratio > 1; NPV > 0; dan nilai IRR > Social discount rate.
Sedang untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan bagi aliran tunai yang
dihasilkan oleh suatu kegiatan investasi untuk menutup semua biaya/ modal awalnya, digunakan
kriteria Payback Period (PBP) yang dihitung dengan menggunakan formula :
AnnualCF RE
PBP InCap 1 = =
di mana : InCap = modal awal yang dikeluarkan; AnnualCap = aliran tunai bersih per tahun; R =
tingkat pengembalian modal (equity)
Rate of Return On Investment (ROI), merupakan sebuah ukuran terhadap kemampuan
investasi dalam menghasilkan laba bersih yang diformulasikan sebagai berikut :
x %
TI
ROI = NOIAT 100
di mana NOIAT = laba bersih setelah pajak dan TI = total investasi.
Break Even Point (BEP), merupakan sebuah pengukuran untuk mengetahui berapa
volume/kapasitas produksi minimum agar investasi itu tidak menderita rugi tetapi juga belum
memperoleh keuntungan/laba, yang diformulasikan sebagai berikut :
x TP
TH
BEP TBT TBV
+
=
di mana TBT = total biaya tetap; TBV = total biaya variable; TH = total harga; dan TP = total
produksi.
6
BAB II
TINJAUAN ASPEK TERKAIT
2.1. Lokasi dan Potensi Sumber Daya
Kecamatan Amarasi terdiri dari 9 (sembilan) desa, cocok sebagai lokasi
pengembangan mangga. Potensi sumber daya yang meliputi lahan dan sumber air
ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Lahan sebagaimana yang dimaksudkan pada Tabel 2.1. di atas adalah luas
wilayah desa, di mana penanaman/pengembangan mangga tidak dilakukan pada lahan
khusus, melainkan ditanam di lahan masyarakat dengan jarak tanam 6m x 8m, sehingga
pada setiap Ha lahan kurang lebih mampu ditanami dengan mangga sebanyak 208 pohon.
Tabel 2.1. Potensi Lahan Mangga dan Sumber Air di Kecamatan Amarasi
Sumber Daya
Air (batang/buah)
No. Desa/Kelurahan
Lahan
(Km2)
Sungai
Mata Air Sumur/
Sumur
Pompa
Embung
1. Oesena 11.91 3 3 76 1
2. Nonbes 42.52 3 8 415 3
3. Ponain 19.14 1 3 116 2
4. Tesbatan 10.53 2 4 31 5
5. Kotabes 12.66 2 3 128 -
6. Apren 8.98 3 5 30 -
7. Oenoni 27.18 1 4 43 1
8. Tesbatan II 8.58 1 4 15 -
9. Oenoni II 13.59 - 3 30 -
Jumlah 155.09 16 37 884 12
Sumber daya manusia yang meliputi jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan
tersaji dalam Tabel 2.2, di bawah ini.
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Jumlah Pendudk (orang) / Jenis Pekerjaan
No Desa/
Kelurahan PNS Peg
Swsta
TNI/
Polri
Wiraswta
Pensiun
Peta
ni
Tenaga
Kshtn
Lain
Lain
1. Oesena 12 5 - 14 4 336 - 41
2. Nonbes 76 12 36 150 25 388 7 89
3. Ponain 25 15 - 79 11 371 1 18
4. Tesbatan 20 11 1 125 15 420 2 15
5. Kotabes 34 9 - 89 10 382 - 36
7
6. Apren 12 3 - 42 7 450 1 20
7. Oenoni 23 7 - 32 9 497 1 24
8. TesbatanII 18 4 - 36 5 365 - 19
9. Oenoni II 20 4 - 32 4 342 - 21
Jumlah 240 70 37 599 90 3551 12 283
2.2. Prasarana dan Sarana
2.2.1. Prasarana Jalan dan Sarana Transportasi
Prasarana jalan yang menghubungkan kota kabupaten dan Kecamatan Amarasi
seluruhnya telah beraspal. Lain halnya antar desa dalam wilayah Kecamatan Amarasi.
Jarak dan kondisi prasarana jalan seperti tersaji dalam Tabel 2.3. di bawah ini.
Tabel 2.3. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Dirinci per Desa
No. Desa/Kelurahan AspaJal rak (km) daKn eJreinkiisl PermukaaTn anah
1. Oesena 2 4 6
2. Nonbes 14 3 5
3. Ponain 13 5 6
4. Tesbatan 2.5 1.5 6
5. Kotabes 3 4.9 6.6
6. Apren - 11 5
7. Oenoni 1.75 3 5
8. Tesbatan II 2.5 3 5
9. Oenoni II 1.75 1.5 4
Kecamatan 40.5 36.9 48.6
Tabel 2.4. Jarak dan Kondisi Jalan dari Desa ke Ibukota Kecamatan dan Ibukota
Kabupaten (km)
No Desa / Jarak ke Ibukota Beraspal ke (km)
Kelurahan Kecamatan Kabupaten Kota Kec Kota Kab
1 Oesena 1 42 1 (100%) 42 (100%)
2 Nonbes 0 41 0(0%) 41 (100%)
3 Ponain 4 45 4 (100%) 45 (100%)
4 Tesbatan 7 48 7 (100%) 48 (100%)
5 Kotabes 2 43 2 (100%) 43 (100%)
6 Apren 17.5 58.5 6 (34%) 52.5 (90%)
7 Oenoni 14 55 12 (86%) 53 (96%)
8 Tesbatan II 8 49 8 (100%) 49 (100%)
9 Oenoni II 15 56 13 (87%) 54 (96%)
Kondisi jalan beraspal sebagaimana yang telah digambarkan di atas tidak
seluruhnya dalam keadaan baik; ada bagian jalan tertentu yang rusak dan bagian lainnya
8
sudah diadakan perbaikan. Meskipun demikian, keadaan ini tidaklah menyulitkan akses
petani untuk memperoleh saprotan dan memasarkan hasil produksi.
Sarana transportasi yang melayani antar Kota Kecamatan dengan Kota Kabupaten
dan Kecamatan Lain di sekitarnya adalah “Mikrolet”, “Bus” dan “Truck” yang cukup
banyak. Hal ini membuat masyarakat setempat tidak banyak mengalami kesulitan untuk
mencapai kota kabupaten. Frekuensi operasi bus maupun mikrolet dapat mencapai 3 – 4
kali per hari. Bus dan mikrolet untuk angkutan penumpang dan truck untuk angkutan
barang termasuk hasil pertanian dan perkebunan. Lebih jelasnya, sarana tranportasi
sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat dilihat pada Tabel 2.5.
2.2.2. Listrik
Sumberdaya listrik di Kecamatan Amarasi menggunakan jasa pelayanan PLN
yang melayani masyarakat selama 24 jam non stop. Hanya saja yang menjadi keluhan
utama masyarakat adalah listrik PLN ini sering padam (tanpa pemberitahuan lebih
dahulu).
Tabel 2.5. Banyak Kendaraan Bermotor Roda Dua Empat dan Roda Enam Dirinci Per
Desa
No Desa/Kelurahan RodKae Endnaarmaa n BermotoRro (duan Eit)m pat
1 Oesena - 1
2 Nonbes 5 25
3 Ponain 1 4
4 Tesbatan 3 4
5 Kotabes 3 3
6 Apren 1 -
7 Oenoni 3 2
8 Tesbatan II - 2
9 Oenoni II - 2
Jumlah 16 43
2.2.3. Lembaga Keuangan
Di wilayah Kecamatan Amarasi belum tersedia lembaga keuangan seperti bank
maupun lembaga keuangan lainnya. Sampai dengan saat ini masyarakat di wilayah
tersebut menggunakan jasa pelayanan lembaga keuangan BRI Unit Desa Oesao
Kecamatan Kupang Timur.
9
2.2.4. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Amarasi, seperti tersaji dalam
Tabel 2.6. Jumlah penduduk kecamatan Amarasi sebanyak 14199 jiwa yang tersebar di 9
desa, hanya dilayani oleh tenaga kesehatan (Dokter, Bidan dan perawat) sebanyak 11
orang yang terdiri dari 1 orang dokter, 4 orang bidan dan 6 orang perawat. Hal ini berarti
secara keseluruhan 1 (satu) tenaga kesehatan melayani 1291 penduduk.
Tabel 2.6. Sarana Kesehatan di Kecamatan Amarasi
Desa Puskesmas Pustu BKIA Polindes Tenaga Kes.
Oesena - - - -
Nonbes 1 - 1 - 6
Ponain - 1 1 - 1
Tesbatan - 1 - 1 2
Kotabes - 1 - 2 -
Apren - - - 1 1
Oenoni - 1 - - 1
Tesbatan II - - - - -
Oenoni II - - - - -
Jumlah 1 5 2 4 11
2.2.5. Sarana Perdagangan
Sarana perdagangan yang tersedia di Kecamatan Amarasi terdiri dari kios-kios
yang tersebar di semua desa. Pada umumnya komoditas yang diperjual-belikan di kioskios
berupa barang kebutuhan sehari-hari (sembako dan lain-lain). Sedangkan untuk
menjual hasil produksi berupa komoditas pertanian (tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan serta peternakan/ternak kecil) di lakukan di pasar Oesao atau langsung ke
pasar-pasar di Kota Kabupaten karena akses ke pasar-pasar tersebut cukup lancar karena
didukung oleh sarana transportasi yang cukup memadai. Kebutuhan sandang dan papan
(produk-produk manufaktur) di datangkan langsung dari ibu kota Kabupaten dan Oesao.
2.3. Analisis Produksi
Jenis mangga yang diusahakan masyarakat adalah mangga : Arummanis, golek,
E2R2, Kid Palmer, Irwins, McCinthos. Khusus untuk jenis mangga E2R2, Kid Palmer,
Irwins dan McCinthos masih dalam tahap uji coba di Desa Tesabatan. Bibitnya
didatangkan dari Balai Benih Hortikultura Kabupaten Kupang yang berlokasi Kelurahan
Nonbes di Kecamatan Amarasi.
10
2.3.1 Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan untuk penanaman mangga adalah lahan milik masyarakat.
Pengolahan lahan dilakukan secara tradisional dengan menggunakan tenaga kerja
manusia dari keluarga petani. Pada umumnya pengolahan lahan dilakukan dengan cara
mencangkul, dengan maksud agar akar rerumputan liar kering dan mati. Di samping itu
hama yang terdapat di balik gumpalan tanah dapat keluar dan mati. Tanah dengan kadar
asam sekitar 5.5 sampai 7.5 sangat baik bagi pertumbuhan mangga.
Lahan yang telah dibersihkan, dilanjutkan dengan penggalian lubang berukuran
0,1 x 0,1 x 0,1 m yang berjarak antar lubang 6 x 8 sampai 8 x 10 m, sehingga dalam 1 Ha
lahan dapat ditanami 125 – 208 anakan. Namun menurut persyaratan teknis jarak tanam
yang baik adalah 10 x 10 m sehingga dalam 1 Ha lahan dapat ditanami 100 anakan.
Dalam analisis investasi ini digunakan asumsi penanaman 200 anakan per Ha.
2.3.2. Pemeliharaan dan Produksi
Pada umumnya pemeliharaan mangga dilakukan dengan penyiangan dan
pemupukan. Pada umur 1 – 2 tahun jumlah pupuk kompos bercampur tanah diberikan
sebanyak 10 kg per pohon. Pada umur 2,5 tahun jumlah kompos bercampur tanah
diberikan 5 kg per pohon.
Untuk pengendalian hama, misalnya lalat buah disemprotkan bahan campuran
gula pasir 0.9 kg, sodium fluosilicat 0.30 kg dilarutkan dalam air 15 liter. Penyemprotan
dilakukan pada buah dan daun mangga. Untuk pencegahan wereng dilakukan
penyemprotan dengan menggunakan insektisida seperti Cymbush, Phosdrin atau
Diazinon sebanyak 3 kali seminggu. Di Kecamatan Amarasi, biasanya dilakukan
pengasapan seminggu 4 kali.
Dari hasil pemeliharaan seperti di atas, produksi yang diperoleh dari mangga
Arummanis dan Golek berkisar 200-300 buah (rata-rata 250 buah) per pohon, sedangkan
E2R2 sebanyak 70-130 buah (rata-rata 100 buah) per pohon. Dengan demikian, produksi
per Ha dapat mencapai 31.000 buah (jarak tanam 8 x 10m) dan 52.000 buah (jarak tanam
6 x 8 m). Dalam setiap kg terdapat ± 3 buah, berarti dari setiap Ha diperoleh hasil
sebesar ± 10,4 – 17,3 ton. Sedangkan untuk varietas E2R2 dengan berat ± 1 kg per buah,
dari 1 Ha lahan diperoleh hasil sebanyak 100 pohon x 100 buah = 10.000 buah atau 10
ton. Dalam analisis ini varietas mangga yang digunakan adalah Arummanis dengan
11
produksi sebagai berikut : pada tahun I produksi (tahun investasi ke 4) 50% populasi
yang berbuah sebanyak 20% dari produksi tertinggi per pohon. Pada tahun ke 3 produksi
= 100% populasi telah berbuah sebanyak 47%
2.4. Aspek Lingkungan
2.4.1. Lingkungan Fisik
Topografi wilayah Kecamatan Amarasi pada umumnya berukit sampai bergunung
dengan jenis tanah bertekstur kasar. Ketinggian wilayah ± 200 meter di atas permukaan
laut dengan suhu udara minimum 26o C dan maksimum 32o C. Kondisi fisik seperti ini
memungkinkan pertumbuhan dan produksi mangga cukup baik.
2.4.2. Lingkungan Sosial Budaya
Sebagian besar penduduk di Kecamatan Amarasi adalah petani (90%) secara
turun temurun, termasuk petani mangga, memberi gambaran bahwa respon masyarakat
terhadap usaha budidaya mangga cukup besar. Namun sebagian besar petani memiliki
volume usaha (jumlah penanaman) relatif kecil (10-15 pohon) per petani, yang ditanam
dalam pekarangan masing-masing.
2.6. Aspek Legalitas
Mengenai aspek legal formal terkait proses perijinan pendirian dan pengoperasian
investasi usaha tani mangga di Kecamatan Amarasi dapat dikatakan bukan merupakan
masalah, karena pemerintah pada dasarnya sedang mendorong kegiatan investasi dengan
berbagai kemudahan melalui penyediaan fasilitas yang dibutuhkan.
Proses perijinan di tingkat pusat mengikuti peraturan perundangan yang berlaku
secara umum. Sedang di tingkat daerah, perijinan tentang lokasi usaha oleh Badan
Pertanahan dan Bagian Ekonomi Setda. Ijin mendirikan bangunan (IMB) oleh Seksi
Perijinan dan Pengawasan Bangunan Dinas Kimpraswil. Ijin HO oleh Kesbanglinmas dan
Kepolisian, dan Amdal oleh Bapeldalda. Semua proses perijinan di atas dapat
diselesaikan dengan cepat apabila semua persyaratan telah tersedia dengan lengkap.
12
BAB III
ANALISIS KEUNGGULAN KOMODITAS
3.1. Analisis keunggulan
Untuk menentukan keunggulan suatu komoditas secara komparatif maupun
kompetitif, maka selain ketersediaan sumber daya pendukung pengembangan, juga
setidak-tidaknya komoditas tersebut secara ekonomis mampu memenuhi permintaan baik
lokal maupun antar-pulau atau ekspor. Di samping itu, komoditas tersebut memiliki
keterkaitan yang kuat baik yang bersifat backward linkage maupun forward linkage.
Berdasarkan pemikioran di atas, maka pada Tabel 3.1. disajikan kriteria analisis
keunggulan dari manggadi Kecamatan Amarasi – Kabupaten Kupang.
Tabel 3.1. Kriteria Analisis Keunggulan ManggaKeprok
No Kriteria Bobot Score (1,2,3) Nilai
1. Produktivitas 25 2 50
2. Permintaan pasar local 35 3 105
3. Peluang ekspor/Antar pulau 40 1 40
4. Prasarana dan Sarana Penunjang :
a. luas lahan potensial
b. Sumber daya manusia
c. Perhubungan
d. Lembaga Keuangan
e. Penerangan
10
10
10
10
10
3
3
3
1
2
30
30
30
10
20
5. Bw linkage 20 3 60
6. Fw linkage 20 3 60
7. Skala usaha 10 2 20
8. Peran dalam kebijakan nasional 10 1 10
9. Penyerapan tenaga kerja 30 2 60
10. Ketersediaan teknologi 10 2 20
Jumlah 545
Tabel 3.1 menggambarkan bahwa mangga yang dikembangkan di Kecamatan
Amarasi tergolong komoditas yang sedang keunggulannya (nilai 545) karena berada di
antara nilai keunggulan >375 dan 625. Dengan demikian mangga Arummanis berpeluang
untuk dikembangkan di Kecamatan Amarasi.
3.2. Peluang Usaha
13
Berdasarkan hasil analisis keunggulan di atas, maka pengembangan mangga ke
skala usaha agribisnis sangat prospektif. Dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa dari sisi
backward, apabila skala usaha manggatelah berkembang ke arah usaha agribisnis, dapat
mendorong berkembangnya usaha produksi saprotan (pupuk, insektisida, dan bibit). Dari
sisi foreward, dapat mendorong berkembangnya industri pengolahan produk seperti
minuman segar, asinan, dan selai.
14
BAB IV
PROFIL INVESTASI
4.1. Analisa Tehnik Investasi
Untuk mendirikan usaha Agribisnis Mangga dibutuhkan sejumlah dana yang
digunakan untuk :
a) Pembiayaan yang terkait dengan tanaman mangga meliputi : sewa lahan, pengolahan
lahan, pemagaran lahan, pembelian bibit, pupuk, obat-obatan (insektisida), pengadaan
air (eksplorasi/pompa air, bak penampung, distribusi).
b) Biaya non tanaman meliputi : biaya pembangunan kantor, mess, meubelair, dan alat
transportasi serta pemeliharaan.
c) Biaya manajemen meliputi : upah tenaga kerja, biaya BBM, biaya listrik, telpon dan
air bersih.
Biaya-biaya yang ditanggung perusahan selama belum ada penerimaan dari hasil
penjualan hasil produksi, seperti biaya rekening air, listrik dan telepon serta biaya
pemeliharaan dihitung dengan asumsi-asumsi yaitu :
a) Untuk biaya rekening air, listrik dan telepon dihitung sebesar 50% x 1,25% dari nilai
penjualan tahun pertama (tahun ketiga proyek)
b) Untuk biaya pemeliharaan dihitung sebesar : 50% x 0,5 dari nilai hasil penjualan
tahun pertama.
Asumsi terhadap semua faktor terkait dengan kelayakan investasi dapat dilihat pada
Tabel 4.1. Dari asumsi tersebut, maka hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
15
Tabel 4.1. Asumsi Analisis Kelayakan Investasi (modal sendiri)
No Uraian Nilai
1. Luas lahan 50 Ha
2. Sewa lahan per Ha per tahun Rp.100.000
3. Pemagaran lahan per meter Rp. 6.500
4. Jumlah bibit per Ha 200 anakan
5. Harga pembelian bibit per anakan Rp. 15.000
6. Masa sebelum berproduksi 3 tahun
7. Lama umur produksi 15 tahun
8. Jumlah hasil produksi per Ha 10 ton
9. Jumlah kebutuhan pupuk per Ha per tahun 900 kg
10. Jumlah kebutuhan obat-obatan per Ha per tahun 2 liter
11. Harga pupuk per kg Rp. 500
12. Harga obat-obatan per liter Rp. 100.000
13. Pajak penghasilan 15 %
Tabel 4.2. Perkiraan Biaya Investasi Usaha Mangga di Kecamatan Amarasi
No Komponen Jumlah (Rp) Porsi (%)
a Biaya terkait tanaman mangga 534.300.000 45,00
b Biaya non tanaman 243.625.000 20,00
c Biaya manajemen 411. 915.000 35,00
Jumlah 1.189.840.000 100.00
Perkiraan biaya dan penerimaan investasi agribisnis mangga di Kecamatan
Amarasi dapat dilihat pada lampiran 1
4.2. Analisis Profitabilitas Finansial
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan dari investasi agribisnis
manggadi Kecamatan Amarasi. Analisis ini terdiri dari :
4.2.1. Analisis Proyeksi Rugi Laba
Berdasarkan asumsi tersebut di atas, hasil analisis rugi laba dari investasi
agribisnis manggadi Kecamatan Amarasi seperti terlihat pada Tabel 4.3.
16
Tabel 4. 3. Perhitungan Rugi Laba Investasi Agribisnis Mangga di Kecamatan Amarasi
Tahun Penerimaan Biaya Laba Laba Pajak Laba
ke Operasional Operasional Sebelum 15% Sesudah
Pajak Pajak
1 0 473,760,000 -473,760,000 -473,760,000 0 -473,760,000
2 0 462,808,775 -462,808,775 -462,808,775 0 -462,808,775
3 0 469,455,782 -469,455,782 -469,455,782 0 -469,455,782
4 450,000,000 476,202,493 -26,202,493 -26,202,493 0 -26,202,493
5 1,113,750,000 484,709,781 629,040,219 629,040,219 94,356,033 534,684,186
6 2,115,000,000 494,163,537 1,620,836,463 1,620,836,463 243,125,469 1,377,710,994
7 2,700,000,000 502,680,927 2,197,319,073 2,197,319,073 329,597,861 1,867,721,212
8 3,285,000,000 511,304,141 2,773,695,859 2,773,695,859 416,054,379 2,357,641,480
9 3,870,000,000 520,034,766 3,349,965,234 3,349,965,234 502,494,785 2,847,470,449
10 4,500,000,000 528,986,912 3,971,013,088 3,971,013,088 595,651,963 3,375,361,124
11 4,500,000,000 536,474,716 3,963,525,284 3,963,525,284 594,528,793 3,368,996,491
12 4,500,000,000 544,074,837 3,955,925,163 3,955,925,163 593,388,774 3,362,536,389
13 4,500,000,000 551,788,959 3,948,211,041 3,948,211,041 592,231,656 3,355,979,385
14 4,500,000,000 559,618,794 3,940,381,206 3,940,381,206 591,057,181 3,349,324,025
15 4,500,000,000 567,566,076 3,932,433,924 3,932,433,924 589,865,089 3,342,568,836
Total 40,533,750,000 7,683,630,496 32,850,119,504 32,850,119,504 5,142,351,983 27,707,767,521
*) Penerimaan dihitung 90% jumlah produksi , dan pada setiap tahun berikutnya harga jual
diproyeksikan naik sebesar 2%.
Dari Tabel 4.3, diketahui bahwa pada tahun pertama sampai dengan tahun ketiga
usaha agribisnis mangga di Kecamatan Amarasi belum memberikan keuntungan karena
belum berproduksi. Pada tahun keempat usaha agribisnis mangga telah berproduksi
dengan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 450,000,000, akan tetapi usaha ini masih
merugi sebesar Rp 26.202.493. Pada tahun kelima telah memberikan keuntungan bersih
terhadap biaya operasional sebesar Rp. 534.684.186,- dan pada tahun ke lima belas
sebesar Rp. 3.342.568.836.- Selama 15 (lima belas) tahun usaha diperoleh total
keuntungan bersih Rp. 27.707.767.521.-
4.2.2. Analisis Cash Flow dan Kelayakan Investasi
Analisis ini menggambarkan proyeksi arus penerimaan dan pengeluaran dari
agribisnis mangga selama 15 tahun seperti terlihat pada Lampiran 2. Berdasarkan analisis
proyeksi arus penerimaan dan pengeluaran, tampak bahwa investasi agribisnis mangga
bila dilakukan dengan mengikuti anjuran teknis budi daya yang benar, akan mampu
memberikan surplus pendapatan bagi pihak investor. Pada Tabel 4.4 berikut ini
memperlihatkan kriteria kelayakan usaha agribinis mangga di Kecamatan Amarasi
17
Tabel 4.4.
Kriteria Kelayakan Usaha Agribisnis Mangga Di Kecamatan Amarasi
Kriteria Investasi Penilaian
NPV pada 12% (Rp) 2.442.345.130,63
Net Benefit Cost Ratio 2.43
IRR (%) 27
Payback Period Tahun Ke-7
Return on Investment/ROI (%) 58.48
BEP unit (kg) 1.536.726
4.2.3. Analisis Net Present Vallue (NPV)
Analisis ini menunjukkan nilai uang pada saat ini yang diterima dari dana yang
diinvestasikan selama usaha/investasi itu berlangsung (dalam analisis ini selama 15
tahun). Dari Tabel 4.4, terlihat bahwa dari total dana yang diinvestasikan selama umur
proyek, nilai uang yang diterima saat ini (NPV) sebesar Rp. 2.442.345.130,63 dengan Net
B/C Ratio sebesar 2,43 pada Discount Factor 12%. Angka tersebut memberikan
gambaran keuntungan bersih yang diperoleh terhadap total investasi selama 15 tahun
usaha. Dengan demikian, kegiatan investasi di bidang agribisnis usaha mangga di
Kecamatan Amarasi secara finansial layak.
4.2.4. Analisis Internal Rate of Returm (IRR)
Analisis ini dimaksudkan untuk melihat kekuatan arus perputaran modal di dalam
usaha/investasi. Hasil analisis diperoleh IRR sebesar 27%, yang berarti usaha ini masih
layak dilaksanakan pada tingkat suku bunga kredit naik sampai dengan sebesar nilai IRR.
Dengan demikian, kegiatan investasi di bidang agribisnis usaha mangga ini layak untuk
dilaksanakan.
4.2.5. Analisis Payback Period
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk memperoleh kembali dana yang diinvestasikan untuk proyek tersebut. Dari Tabel
4.4 di atas, menunjukkan bahwa dalam jangka waktu 7 tahun, seluruh modal yang
diinvestasikan untuk usaha agribisnis mangga di Kecamatan Amarasi telah dapat
diperoleh kembali.
4.2.6. Analisis Rate of Return On Investment/ROI
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Hasil analisis
diperoleh nilai ROI sebesar 58.48%. Hal ini berarti bahwa kegiatan investasi agribisnis
mangga di Kecamatan Amarasi cukup layak karena modal yang diinvestasikan memiliki
kemampuan yang cukup tinggi (58.48%) untuk menghasilkan keuntungan.
18
4.2.7. Analisis Break Even Point (BEP)
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah kg mangga yang harus
dijual untuk menutup total biaya yang telah dikeluarkan. Hasil analisis seperti pada Tabel
4.4. menunjukkan bahwa untuk mencapai BEP, maka jumlah mangga yang dijual
sebanyak 1.536.726 kg.
4.3. Aspek Pemasaran
Pemasaran mangga di Kecamatan Amarasi berlaku berdasarkan lokasi pemasaran
dan daya serap pasar, menunjukkan bahwa pada umumnya penjualan mangga
berlangsung di tempat petani produsen. Hal ini mengakibatkan pihak produsen tidak
perlu mengeluarkan biaya pemasaran yang besar dan memungkinkan memiliki bargaining
power yang kuat.
Pelaku pasar mangga terdiri dari petani sebagai produsen, pedagang perantara,
dan konsumen yang pada umumnya bersifat lokal (dalam kabupaten). Dengan demikian
proses penentuan harga disepakati oleh pembeli dan penjual, yaitu dengan harga
Rp.5.000,- per kg (rata-rata 3 buah). Jika dikaitkan dengan produksi per Ha dengan
pemeliharaan yang baik, maka dari setiap Ha akan diperoleh berkisar antara 40.000 –
60.000 buah (13.000 – 20.000 kg) atau Rp.65.000.000 - Rp. 100.000.000,-(asumsi
produksi terjual 90%). Berdasarkan analisis sederhana ini, maka agribisnis mangga
berpeluang untuk mengoptimalkan lahan potensial yang tersedia untuk melayani pasar
lokal maupun ekspor.
19
BAB V
PENUTUP
Hasil analisis menunjukkan usaha/investasi agribisnis mangga di Kecamatan
Amarasi ini sangat feasible untuk dijadikan usaha bagi para calon investor. Hal ini karena
ketersediaan lahan dan sumber air, sosial budaya petani yang sangat menunjang, hasil
analisis finansial yang menguntungkan, tersedianya pasar, serta adanya dukungan dari
masyarakat dan pemerintah.
Dengan kondisi yang cukup kondusif di atas diharapkan para investor dan/atau
calon investor agar segera melakukan kontak bisnis dengan pihak Pemerintah Daerah
baik propinsi maupun kabupaten untuk merealisasikan investasinya. Kegiatan investasi
ini akan sangat mendapatkan respons dan perhatian dari Pemerintah Daerah bersama
pihak-pihak terkait untuk siap membantu dan memfasilitasi mengatasi berbagai hambatan
dan kesulitan yang dihadapi calon investor. Demikian pula, masyarakat sekitar lokasi
proyek sudah siap untuk menerima kehadiran investor/calon investor dari manapun juga.

Tidak ada komentar: