Kamis, 20 Desember 2007

XBRK versus Akuntan

Sunday, December 17, 2006

Masih Mau Jadi Akuntan? Saat XBRL Mendekati Kenyataan
"The effect that XBRL will have on the business community will be more significant than the transition from paper and pencil analysis of financial information to the use of electronic spreadsheets." (Mike Willis, founding chairman of XBRL International and a PricewaterhouseCoopers partner)
***
Sejujurnya cerita soal XBRL ini sudah saya baca sejak tahun 1999 dulu, waktu awal-awal saya kuliah di mana waktu itu dunia sedang 'deman' teknologi informasi dan internet. Dulu saya pikir XBRL ini terus akan berkembang sampai pada masa keemasannya di tahun 2000an ini. Tapi nyatanya, setelah 6 tahun lebih bertualang di dunia ekonomi dan akuntansi, sosok XBRL tidak juga kunjung muncul wujudnya. Hingga suatu saat minggu lalu, saya membaca artikel yang berisi bahwa SEC (Bapepamnya Amerika) sudah bersiap untuk mengadoposi konsep XBRL sepenuhnya menggantikan sistem EDGAR yang sudah lebih dari 25 tahun menyimpan beragam data laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di bursa sama New York (NYSE).***Sebenarnya apa sih XBRL itu? XBRL sejatinya adalah akronim dari Xtensible Business Reporting Language. XBRL atau biasa juga disebut dengan pelaporan keuangan universal merupakan format baru laporan keuangan yang menggunakan perintah (tag) yang biasa kita gunakan di internet, sehingga tampilan laporan keuangan tersebut bisa diakses, dianalisis dan dibandingkan dengan lebih mudah. Tambahan lagi, karena XBRL ini dibuat dengan standar perintahyang seragam, maka kita, pembaca laporan keuangan akan dengan mudah membandingkan laporan keuangan perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya. Jika masih bingung, saya berikan ilustrasi sebagai berikut:
roleRefroleURI="http://www.xbrl.org/us/fr/lr/role/IncomeStatement"xlink:type="simple" xlink:href="http://www.xbrl.org/us/fr/gaap/ci/2005-02-28/us-gaap-ci-2005-02-28.xsd#IncomeStatement"Salah satu tag di atas saya ambil dari laporan keuangan Microsoft yang berbentuk XBRL di database SEC. Jika tag di atas kita impor ke MS Excel, maka akan tampil Income Statement Microsoft dalam bentuk spreadsheet. Sehingga kita bisa mengecek langsung angka di laporan tersebut. Sayangnya, MS Excel kita harus sudah dilengkapi dengan menu tambahan (adds-in) terbaru yang memuat perintah XBRL ini (Excel 2003 sudah mensupportnya), baru kemudian kita bisa tampilkan XBRL tersebut dengan baik.
Tahun ini SEC sudah menyatakan keseriusannya untuk menerapkan konsep XBRL bagi perusahan-perusahaan yang terdaftar di NYSE. SEC menyiapkan dana ratusan juta dollar untuk mendukung proyek 'masa depan' tersebut. Sejauh ini kurang lebih 25 perusahaan sudah secara sukarela menggunakan konsep XBRL dalam laporan keuangannya ke SEC, di antaranya: Microsoft, Pepsi, 3M, Xerox dan HP. Di Eropa sendiri, XBRL sudah mulai diadopsi oleh regulator setempat seiring dengan penerapan standar akuntansi berterima internasional (IAS), tahun lalu. Imbasnya, jika 2 kekuatan utama ekonomi dunia tersebut sudah mulai menerapkannya, maka bukan tak mungkin negara-negara berkembang di kawasan Asia termasuk Indonesia juga akan mulai bersiap-siap menerapkannya.
***Sejatinya, XBRL tidak hanya menawarkan akses yang lebih mudah bagi investor untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan. XBRL ke depannya diproyeksikan untuk bisa mengkombinasikan pelaporan internal dan eksternal secara bersamaan. Artinya, informasi internal seperti kapasitas produksi, lini produk, pangsa pasar, jaringan supplier sampai kepada kepuasan pelanggan akan dipadukan dengan informasi keuangan 'tradisional' yang selama ini disajikan oleh perusahaan setiap periode tertentu (tahunan atau kuartalan). Lebih lanjut, perusahaan akan dituntut untuk memberkan informasi yang 'real time' kepada para investor sehingga ketidaksinkronan informasi (information assimetry) akan bisa dikurangi.
Proyeksi di atas tentu akan menambah beban yang luar biasa berat bagi kita para akuntan dan auditor. Akuntan perusahaan, tentu akan dituntut untuk menyediakan informasi-informasi paling update kepada manajemen untuk kemudian siap disajikan ke investor via XBRL. Hal ini tentu menambah beban kerja para akuntan yang memang selama ini sudah menumpuk. Para akuntan akan mendapat pekerjaan ekstra untuk lebih cepat memberikan informasi ke pasar sekaligus juga teliti dalam memverifikasi informasi tersebut. Keterlambatan dalam memberikan informasi, dibandingkan kompetitor di industri sejenis, tentu akan menimbulkan efek yang negatif di mata investor.
Tidak hanya sampai di situ, para pakar juga masih berdebat tentang perlu tidaknya XBRL diatur oleh standar akuntansi tersendiri, terutama berkaitan dengan jenis informasi apa yang seharusnya diberikan kepada publik. Informasi internal yang berlebihan juga dapat menghilangkan keuntungan kompetitif suatu perusahaan selain juga bisa menimbulkan noise bagi para investor dalam mengambil suatu keputusan investasi.
Beban para auditor juga tidak kalah berat nantinya. Sampai sekarang perdebatan masih terjadi mengenai seberapa besar tanggung jawab auditor terhadap informasi yang diberikan klien-nya. Jika saat ini auditor memberikan assurance kepada laporan keuangan kliennya setiap satu tahun atau satu semester sekali, nantinya, sampai batas mana auditor memberikan assurance nya terhadap informasi yang diberikan klien? Jika auditor tidak memberikan assurance kepada kliennya berkaitan dengan informasi yang 'real time' tadi, bagaimana investor bisa memastikan bahwa informasi yang diberikan manajemen perusahaan tersebut benar?Angin perubahan sudah bertiup jelas, sampai di mana kita siap untuk mengikuti arah angin tersebut?
Posted by Gatoso

Tidak ada komentar: